Menjadi anak kos-kosan yang miskin tidak mempunyai televisi ternyata tak seburuk seperti yang saya bayangkan. Waktu masih pertama tinggal di kos-kosan yang sepi, sederhana, tidak ada televisi, sungguh saya sudah membayangkan hal-hal yang tidak-tidak, bahkan sampat berfikir akan menjadi anak yang kuper dan tidak kekinian. Tetapi setelah beberapa minggu berjalan ternyata tidak seburuk seperti apa yang sudah saya fikirkan. Justru dengan ketenangan tersebut saya bisa memanfaatkan waktu gabut saya dengan hal-hal yang positif. Saya bisa banyak membaca buku tanpa terganggu dengan yang namanya suara-suara bising dari layar cembung.

Setelah hampir tiga semester tidak terganggu dengan yang namanya layar cembung, setelah saya pulang ke rumah di liburan semester saya sedikit banyak terpancing untuk menonton layar cembung di rumah. Setelah beberapa saat memantenginnya ternyata banyak tayangan-tayangan di dalamnya yang menurut saya tidak baik untuk anak-anak. Saya begitu miris ketika ada sebuah serial sinetron yang begitu ngehitz yang suka ditonton mayoritan ibu-ibu di lingkungan saya. Sebuah sinetron yang menceritakan kehidupan anak jalanan/ geng motor. Sebenarnya yang jadi masalah bukan ibu-ibu yang menontonnya melainkan dengan siapa ibu-ibu tersebut menonton acara tersebut. Pernah suatu waktu saya diminta mengantarkan handphone ke rumah tetangga saya. Saya sedikit merinding ketika saya masuk ke rumah tetangga tersebut. Dengan asyiknya mereka duduk berbaris dengan damai melihat layar cembung yang mempertontonkan geng motor tersebut. Mulai dari bapak, ibu, dan anak kecil yang baru masuk kelas tiga sedang asyik melihat layar cembung tersebut. Yang saya sedihkan adalah kenapa ada anak kecil ikut melihat acara seperti itu, dan yang bikin saya semakin greget kenapa bapak dan ibunya membiarkan anak kecilnya tersebut ikut menonton sinetron di layar cembung tersebut, padahal waktu sinetron tersebut merupakan waktu untuk saya belajar ketika saya berusia seperti anak tersebut. Kenapa bapak dan ibunya tidak menyuruh anaknya untuk sekedar duduk dan membolak-balikkan buku yang setiap hari disandang di tasn anakya. Kenapa tidak membimbing anaknya untuk menonton acara televisi yang sesuai dengan usianya.

Pun juga anak-anak yang sedang mengaji di tempat saya nampaknya sedikit tercemari oleh tontonan yang tidak seharusnya ditonton oleh anak-anak. Dari beberapa ucapan yang dikatakan anak-anak yang sedang menunggu mengaji saya sempat mendengar kalimat “anak jalanan kok ngaji, geng motor kok ngaji”. Duuuh saya menjadi miris ketika masalah kecil ini dibiarkan dan diabaikan, bisa-bisa anak yang biasanya ngaji di rumah saya di kemudian hari anak-anak tersebut bisa meninggalkan kegiatan mengaji yang sangat positif ini. Bahkan dari beberapa anak tersebut ada yang rambutnya dicat, entah fikiran apa yang ada pada anak tersebut. Mungkin merasa sudah gaya dangan rambut yang disemir.  Suatuketika saya dan ibu saya waktu malam-malam pulang dari puskesmas menjenguk orang sakit, di jalan-jalan saya melihan anak-anak yang setahu saya masih duduk di bawah meja sekolah,  sedang asyaik nongkrong bersama teman-temannya di jalan-jalan. Ini mengindikasikan bahwa masih ada beberapa anak yang masih kurang dalam segi cara berfikirnya maupun attitude nya.

Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa kualitas pemuda di waktu sekarang, baik kualitas intelektualnya, kekuatan imannya maupun attitude nya. Jika kita mencoba untuk melek, ternyatan masih ada beberapa masalah yang masih menjadi penyakit anak-anak maupun pemuda sekarang. Baik dari segi tontonannya maupun pergaulannya. Tentu masalah ini tidak hanya menjadi kewajiban bagi sekolah-sekolah untuk meluruskannya, justru peran orang tualah yang menurut saya penting untuk mengawasi anak-anaknya. Mulai dari apa yang menjadi tontonannya maupun dari segi pergaulan anaknya. Jika setiap orang tua mau dan mampu untuk mengawasi anaknya saya kira perkembangan anak-anak kedepannya menjadi lebih baik. Guru ngaji juga mempunyai tanggung jawab atas permasalahan ini. Pun juga bagi pemerintah, seharusnya pemerintah harus lebih selektif memberikan izin penayangan pertelevisian yang ada. Jangan sampai mudah membeikan izin karena sesuatu iming-iming sesuatu yang hanya menguntungkan pribadi tetapi dampak yang diakibatkan bisa menjadi salah satu dari beribu faktor masalah bagi generasi masa depan yang akan memimpin negeri ini. Mari bersama-sama bersinergi untuk membenahi berbagai masalah demi masa depan yang lebih cerah.